Jakarta, CNBC Indonesia – PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) melaporkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas pemilik senilai Rp 831,25 miliar. Angka ini hanya naik 1,6% secara tahunan (yoy). 

Bank Danamon sejak tahun lalu sudah mulai menunjukkan gejala pertumbuhan laba seret. Per September 2023, bank yang dikendalikan oleh MUFG ini melaporkan pertumbuhan laba 1,39% yoy.

Kemudian pada akhir 2023 pertumbuhan laba sedikit membaik menjadi 6,09% yoy. Padahal akhir tahun lalu, laba bank-bank besar di Indonesia tercatat tumbuh dua digit. 

Mengutip laporan keuangan, laba emiten bersandi BDMN tersebut terganjal beban bunga yang melambung tinggi. Pendapatan bunga BDMN senilai Rp5,52 triliun, naik 16,71% yoy. Akan tetapi beban bunga melambung 60,30% yoy menjadi Rp1,53 triliun. Alhasil pendapatan bunga bersih hanya naik 5,7% yoy menjadi Rp3,99 triliun dalam tiga bulan pertama tahun ini.

Hal ini seiring dengan kebijakan era suku bunga tinggi yang ditetapkan Bank Indonesia. Sebagaimana diketahui BI mempertahankan suku bunga acuan pada level 6% sejak tahun lalu. Bahkan, dalam Rapat Dewan Gubernur terbaru, pada April 2024, bank sentral mengerek BI rate sebesar 25 bps menjadi 6,25%.

Kondisi itu akhirnya membuat margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) BDMN tergerus dan mengikis rasio profitabilitas perusahaan. Per Maret 2024, NIM BDMN turun 43 basis poin (bps) menjadi 7,35%. Kemudian tingkat pengembalian aset atau return on asset (ROA) setelah pajak turun 15 bps menjadi 1,49% dan tingkat pengembalian ekuitas turun 40 bps menjadi 7,51%.

Hal serupa juga menjadi isu di bank menengah atas lain. Sebut saja PT Bank Panin Tbk yang juga melaporkan beban bunga melesat 18,09% yoy, sedangkan pendapatan bunga hanya tumbuh 3,8% yoy. Pun NIM emiten bersandi PNBN ini turun 40 bps menjadi 4,71%.

Akan tetapi bank mengompensasi dengan meningkatkan pendapatan operasional lain (fee based income) yang mencapai Rp 665,3 miliar atau tumbuh 34,5% yoy. Selain itu bank juga menjaga kualitas aset, sehingga kerugian penurunan nilai aset keuangan berkurang dan membuat laba tumbuh dua digit pada tiga bulan pertama tahun ini. 

Sementara itu, rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) net BDMN merangkak naik, atau dari 0,15% menjadi 0,4%. Ekspektasi kerugian kredit yang pun naik 2,45% yoy menjadi Rp 7,52 triliun per Maret 2024. 

Per Maret 2024, kredit yang masuk kolektibilitas dua atau dalam perhatian khusus juga naik 12,97% yoy menjadi Rp 8,49 triliun. Sebagian besar atau 62,25% di antaranya merupakan kontribusi sektor rumah tangga. 

Sementara itu, ada risiko penurunan daya beli masyarakat di tengah era suku bunga tinggi dan pelemahan nilai tukar rupiah. 

Ekonom senior yang juga merupakan pendiri Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Faisal Basri menilai kondisi ekonomi masyarakat kelas menengah akan semakin tertekan, di tengah arah kebijakan suku bunga tinggi.

“Karena kan yang pinjam, pinjam cicilan kan, cicilan KPR, cicilan kredit mobil, macam-macam lah yang kelas menengah yang kena, kelas menengah,” kata Faisal dalam progran Power Lunch CNBC Indonesia, dikutip Selasa (30/4/2024).

Di tengah potensi naiknya tekanan beban cicilan itu, Faisal mengatakan, nilai tukar rupiah yang terus tinggi di level Rp 16.200 meski BI Rate naik juga akan membuat daya beli masyarakat kelas menengah kian tertekan. Apalagi, pendapatan mereka tak melulu mengimbangi kenaikan biaya pokok pengeluaran, seperti kebutuhan untuk pangan.

Oleh sebab itu, ia memperkirakan tekanan inflasi ke depan masih akan terus meninggi di atas target pemerintah hingga bisa tembus ke level 4%-5%. Per Maret 2024 sudah bergerak ke level 3,05% atau jauh di atas target pemerintah dalam APBN 2024 sebesar 2,8%.

Dalam kondisi demikian, Bank Danamon akan sulit untuk mengerek bunga kredit demi menjaga profitabilitas. Satu opsi untuk menjaga kolektabilitas kredit tetap lancar adalah membiarkan NIM tergerus, mengingat segmen rumah tangga sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga. 

Selain itu satu indikator likuiditas bank juga telah menyala dengan nyaring. Rasio kredit terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) telah mencapai 97,57% per Maret 2024, atau jauh di atas batas atas, yakni 92%. Artinya bank juga harus ikut persaingan dana di pasar dengan menawarkan bunga deposito yang menarik bagi nasabah.

Tantangan lain bagi BDMN tahun ini adalah melemahnya pasar otomotif. Sebagaimana diketahui, anak usaha bank, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) merupakan pemain yang fokus pada pembiayaan motor dan mobil. 

Berdasarkan data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), penjualan motor nasional tercatat sebanyak 1,73 juta unit pada Januari-Maret 2024, turun 4,88% yoy. Momentum Idulfitri tahun ini tidak mampu mengerek penjualan kendaraan bermotor roda dua. 

Penjualan mobil di Indonesia juga bernasib sama. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) melaporkan penjualan dari diler ke konsumen atau ritel kendaraan bermotor roda empat dan lebih anjlok 15% yoy menjadi 230.776 unit. 

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Sayonara! Stanchart Tuntaskan Penjualan Ini ke Bank Danamon


(mkh/mkh)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *